Pengembangan E-learning dalam pembelajaran kimia




Apa itu e-learning?
E-learning terdiri dari dua kata, yaitu ‘e’
yang merupakan singkatan dari ‘electronic’ dan ‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.


Pengertian e-learning pada umumnya terfokus pada cakupan media atau teknologinya. E-learning menurut Gilbert & Jones dalam Surjono (2007) adalah suatu pengiriman materi pembelajaran melalui suatu media elektronik, seperti internet, intranet/ekstranet, satelite broadcast, audio/video, TV interaktif, CD-ROM dan computer based training (CBT). E-learning juga diartikan sebagai seluruh pembelajaran yang menggunakan rangkaian elektronik (LAN, WAN atau Internet) untuk membantu interaksi dan penyampaian materi selama proses pembelajaran (Kumar, 2006). Urdan dan Weggen menyatakan e-learning sebagai suatu pengiriman materi melalui semua media elektronik, termasuk internet, intranet, siaran radio satelit, alat perekam audio/video, TV interaktif, dan CD-ROM (Anderson, 2005).
Pengertian e-learning berbeda dengan pembelajaran secara online (online learning) dan pembelajaran jarak jauh (distance learning). Online learning merupakan bagian dari e-learning, hal ini seperti yang dinyatakan oleh Australian National Training Authority bahwa e-learning merupakan suatu konsep yang lebih luas dibandingkan online learning, yaitu meliputi suatu rangkaian aplikasi dan proses-proses yang menggunakan semua media elektronik untuk membuat pelatihan dan pendidikan vokasional menjadi lebih fleksibel. Online learning merupakan suatu pembelajaran yang menggunakan internet, intranet dan ekstranet, atau pembelajaran yang menggunakan jaringan komputer yang terhubung secara langsung dan luas cakupannya (global). Sedangkan distance learning, cakupannya lebih luas dibandingkan e-learning, yaitu tidak hanya melalui media elektronik tetapi bisa juga menggunakan media non-elektronik. Distance learning lebih menekankan pada ketidakhadiran pendidik setiap waktu. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan secara umum e-learning dapat diartikan sebagai pembelajaran yang memanfaatkan atau menerapkan teknologi informasi dan komunikasi. E-learning adalah kegiatan belajar yang menggunakan internet yang dapat dikombinasikan dengan kegiatan tatap muka yang ada di lembaga pendidikan.



Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan (The American Society for training and Development/ ASTD) (2009), mengemukakan definisi e-learning sebagai berikut :
"E-learning is a broad set of applications and processes which include web-based-learning, computer-based-learning, virtual and digital classrooms. Much of this delivered via the internet, intranets, audio and videotape, satellite broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies depending on the organization and how it is used but basically it is involves electronic means communication, education, and training".
Definisi tersebut menyatakan bahwa e-learning merupakan proses dan kegiatan penerapan pembelajaran berbasis web (web-based learning), pembelajaran berbasis komputer (computer based learning), kelas virtual (virtual classrooms), dan atau kelas digital (digital classrooms). Materi-materi dalam kegiatan pembelajaran elektronik tersebut kebanyakan dihantarkan melalui media internet, intranet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit, televisi interaktif serta CD-Rom. Definisi ini juga menyatakan bahwa definisi dari e-learning itu bisa bervariasi tergantug dari penyelanggara kegiatan e-learning tersebut dan bagaimana cara penggunaannya, termasuk juga apa tujuan penggunaannya.
Definisi ini juga menyiratkan simpulan yang menyatakan bahwa e-learning pada dasarnya adalah pengaplikasian kegiatan komunikasi pendidikan dan pelatihan secara elektronik.
 
Karakteristik e-learning 
E-learning tidak sama dengan pemebelajaran konvensional. E-learning memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
  1. Interactivity (Interaktivitas); tersedianya jalur komunikasi yang lebih banyak, baik secara langsung (synchronous), seperti chatting atau messenger atau tidak langsung (asynchronous), seperti forum, mailing list atau buku tamu.
  2. Independency (Kemandirian); flesibilitas dalam aspek penyediaan waktu, tempat, pengajar dan bahan ajar. Hal ini menyebabkan pembelajaran lebih terpusat kepada siswa (student-centered learning).
  3. Accessibility (aksesibilitas); sumber-sumber belajar jadi lebih mudah diakses melalui pendistribusian di jaringan internet dengan akses yang lebih luas daripada pendistribusian sumber belajar pada pembelajaran konvensional.
  4. Enrichment (Pengayaan); kegiatan pembelajaran, presentasi materi kuliah dan materi pelatihan sebagai pengayaan, memungkinkan penggunaan perangkat teknologi informan seperti video streaming, simulasi dan animasi.
Keempat karakteristik di atas merupakan hal yang membedakan e-learning dari kegiatan pembelajaran secara konvensional. Dalam e-learning, daya tangkap siswa terhadap materi pembelajaran tidak lagi tergantung pada instruktur/ guru, karena siswa mengkonstruk sendiri ilmu pengetahuannya melalui bahan-bahan ajar yang disampaikan melalui interfaces situs web. Dalam e-learning pula, sumber ilmu pengetahuan tersebar dimana-mana serta dapat diakses dengan mudah oleh setiap orang. Hal ini dikarenakan sifat media internet yang mengglobal dan bisa diakses oleh siapapun yang terkoneksi didalamnya. Terakhir, dalam e-learning pengajar/lembaga pendidikan berfungsi sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan. 
 
E-learning sangat berbeda dengan pembelajaran secara tradisional. Pada pembelajaran tradisional, peran pendidik masih cukup dominan, sedangkan pada e-learning peserta pendidik harus mempunyai kesadaran untuk belajar secara aktif dan mandiri. Nedelko (2008), menjelaskan beberapa karakteristik peserta didik yang dapat mempengaruhi dari keberhasilan e-learning:
1)      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan komputer dan TIK lainnya, karena e-learning didukung oleh penggunaan komputer dan peralatan TIK.
2)      Motivasi untuk belajar, peserta didik harus mempunyai kesadaran untuk mempelajari bahan dan materi yang telah diberikan guru, bukan hanya belajar ketika di kelas saja.
3)      Disiplin, peserta didik harus disiplin untuk belajar, mengerjakan tugas, dan menentukan waktu dan tempat untuk belajar.
4)      Mandiri, kemandirian peserta didik mutlak diperlukan di dalam e-learning, karena tidak setiap saat antara peserta didik dan pendidik dapat bertatap muka. Pembelajaran tatap muka lebih bersifat sebagai diskusi antara peserta didik dengan pendidik, bukan sebagai transfer pengetahuan saja.
5)      Mempunyai ketertarikan terhadap e-literatur, karena hampir semua materi pembelajaran disajikan secara online ataupun melalui media elektronik.
6)      Dapat belajar secara sendirian (felling isolation), peserta didik yang ketika belajar harus secara berkelompok atau ada teman akan merasa kesulitan dengn e-learning.
7)      Mempunyai kemampuan kognitif yang cukup tinggi, peserta didik yang mengikuti e-learning hendaknya mempunyai kemampuan kognitif tingkat sintesis dan evaluasi, hal ini dapat untuk mengatasi permasalahan ketidakintesifan pendampingan pendidik dan teman sebayanya.
8)      Mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah, peserta didik yang dapat memecahkan masalah secara mandiri akan lebih mudah mengikuti e-learning.
Manfaat e-learning
Manfaat e-learning (Smaratungga, 2009) terdiri atas 4 hal, yaitu: 
1. Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). 
Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. 
2. Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). 
Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja. Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru. 
3. Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). 
Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan. 
4. Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). 
Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari peserta didik maupun atas hasil penilaian instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri. 
Kelebihan dan kekurangan e-learning
kelebihan e-learning antara lain sebagai berikut (Triluqman, 2007):
  1. Tersedianya fasilitas e-moderating dimana pendidik dan peserta didik dapat berkomunikasi dengan mudah melalui fasilitas internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat, dan waktu. 
  2. Pendidik dan peserta didik dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. 
  3. Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. 
  4. Bila peserta didik memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di internet. 
  5. Baik pendidik maupun peserta didik dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. 
  6. Berubahnya peran peserta didik dari yang biasanya pasif menjadi aktif. 
  7. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi yang mereka tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dan sebagainya.

Kekurangan e-learning antara lain sebagai berikut (Triluqman, 2007):
  1. Kurangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik bahkan antar-peserta didik itu sendiri. Kurangnya interaksi ini bisa memperlambat terbentuknya values dalam proses belajar-mengajar. 
  2. Kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial dan sebaliknya mendorong tumbuhnya aspek bisnis. 
  3. Proses belajar dan mengajarnya cenderung ke arah pelatihan daripada pendidikan. 
  4. Berubahnya peran pendidik dari yang semula menguasai teknik pembelajaran konvensional. 
  5. Peserta didik yang tidak mempunyai motivasi belajar yang tinggi cenderung gagal. 
  6. Tidak semua tempat tersedia fasilitas internet (mungkin hal ini berkaitan dengan masalah tersedianya listrik, telepon, ataupun komputer). 
  7. Kurangnya penguasaan komputer. 

Pembelajaran berbasis web 
Web-based learning, merupakan salah satu bentuk e-learning yang materi maupun cara penyampaiannya (delivery method) melalui internet (web). Pembelajaran berbasis web adalah sebuah pengalaman belajar dengan memanfaatkan jaringan internet untuk berkomunikasi dan menyampaikan informasi pembelajaran.

Web dapat menciptakan sebuah lingkungan belajar maya (Virtual Learning Environment). Lingkungan belajar yang disediakan oleh web dilengkapi dengan beberapa fasilitas yang dapat kita kombinasikan penggunaannya untuk mendukung proses pembelajaran, antara lain forum diskusi, chat, penilaian online,  dan sistem administrasi. Lingkungan belajar maya yang disediakan oleh web berfungsi sebagaimana lingkungan belajar konvensional yang dapat menyampaikan informasi kepada pembelajar. 
Salah satu nilai penting dari penggunaan web sebagai media pembelajaran yaitu web dilengkapi hyperlink yang memungkinkan untuk mengakses informasi secara acak (non linear) yang berdampak pada kecepatan kita untuk memperoleh informasi yang ada di dalam web.
Pengembangan e-learning dalam pembelajaran kimia 
Seiring dengan perkembangan teknologi dan banyak sekolah atau lembaga pendidikan yang mulai mengembangkan proses pembelajaran 
menggunakan e-learning, maka banyak  pula guru yang terdorong untuk mulai merancang dan mengembangkan proses pembelajaran dengan memanfaatkan sistem pembelajaran online di sekolahnya. Dipilihnya e-learning dalam pemecahan masalah yang berhubungan dengan peningkatan kualitas pembelajaran pada mata pelajaran kimia karena dapat mempermudah interaksi antara peserta 
didik dengan materi pelajaran, demikian juga interaksi antara peserta didik dengan guru maupun antara sesama peserta didik baik dari segi situasi, kondisi, waktu maupun tempat. Hal ini dikarenakan pembelajaran dengan e-learning ini tidak hanya dapat dilaksanakan di jam sekolah saja, tetapi bisa juga diluar jam sekolah.

Pengembangan bahan ajar berbasis e-learning dengan materi hidrokarbon dan minyak bumi ini didasarkan pada model pengembangan yang direkomendasikan oleh Thiagarajan (1974), yakni 4D-Model yang terdiri dari pembatasan (define), perencanaan (design), pengembangan (develop), dan penyebarluasan (disseminate).
1.      Tahap pendefinisian (define)
Tahap pendefinisian (define) adalah untuk menentukan dan menegaskan kebutuhan-kebutuhan pembelajaran. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (1) analisis ujung depan yang mengarah pada hasil akhir dari pengembangan yakni berupa bahan ajar berbasis e-learning, (2) analisis siswa, langkah ini menetapkan subyek pebelajar dan sasaran belajar siswa yaitu siswa kelas X semester 2 dengan materi pokok senyawa hidrokarbon dan minyak bumi dengan karakter siswa yang telah mengenal internet, dan (3) perumusan indikator hasil belajar yang dirumuskan berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Analisis siswa dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) analisis tugas dengan mencari literature dan sumber belajar tentang hidrokarbon dan minyak bumi dan (2) analisis konsep yang dilakukan dengan mengidentifikasi konsep-konsep utama yang akan dipelajari.
2.      Tahap perencanaan (design)
Tahap perencanaan (design) meliputi tiga langkah yaitu: (1) penyusunan tes dengan membuat soal yang bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman materi dan keberhasilan siswa dalam memahami materi dalam bahan ajar, (2) pemilihan media untuk mendapatkan media yang tepat sesuai dengan perkembangan era teknologi yang sedang berlangsung, yaitu media internet, dan (3) perancangan awal yang meliputi membaca buku teks yang relevan, menulis bahan ajar, adaptasi bahan ajar, konsultasi secara intensif dengan dosen pembimbing.
3.      Tahap pengembangan (develop)
Pada tahap pengembangan (develop) langkah- langkah yang dilakukan adalah:
(1) konsultasi dengan pembimbing yang bertujuan untuk merancang dan menyusun media dan instrumen yang akan dipakai dalam penelitian,
(2) validasi yang merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data tentang nilai yang diperoleh dari validator,
(3) analisis hasil validasi, hasil validasi dianalisis sesuai dengan penilaian, saran, dan kritik dari validator,
(4) revisi bahan ajar berbasis e-learning yang bertujuan untuk menyempurnakan bahan ajar yang akan digunakan, dan
(5) uji coba terbatas, tujuan uji coba ini hanya untuk mengetahui kelayakan dari produk pengembangan yakni bahan ajar berbasis e-learning.
4.      Tahap penyebarluasan (disseminate)
Tahap keempat yaitu penyebarluasan (disseminate) merupakan tahap penggunaan bahan ajar yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas. Tahap ini bertujuan untuk menguji efektivitas penggunaan bahan ajar berbasis e-learning hasil pengembangan. Dalam pengembangan ini, tahap penyebarluasan (disseminate) tidak dilakukan karena pertimbangan keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya. Selain itu, disesuaikan dengan tujuan pengembangan bahan ajar berbasis e-learning yakni untuk mengetahui kelayakan bahan ajar bukan untuk mengukur prestasi belajar siswa.
 
PERMASALAHAN:
1. Pada kelebihan dari penggunaan e-learning yaitu Peserta didik dapat belajar atau me-review
bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di
komputer. apakah  anda setuju dengan pernyataan ini? bagaimana anda menjelaskan seberapa
efektif hal ini akan dilakukan oleh para siswa?
2. Banyak sekali aplikasi ataupun web tertentu yang menyediakan layanan e-learning. hal apa
yang akan anda pertimbangkan dalam pemilihan penggunaan web e-learning tersebut?
3. Interaksi macam apa yang diinginkan oleh para guru dalam penggunaan e-learning?
jelaskan mengenai proses interaksi tersebut!

Komentar

  1. Menanggapi permasalahan yang pertama, saya setuju akam pernyataan tsb jika dimaksudkan dalam "tujuan" dari pembuatan e-learning itu sendiri. Untuk menilai seberapa efektif penggunaannya bagi peserta didik dapat dilihat dari evaluasi pembelajaran yang dilakukan, baik berupa kuis, TO, UTS maupun UAS. Namun terlebih dahulu ada baiknya dilakukan uji coba seberapa efektir e-learning digunakan yaitu dengan Berikut ini adalah penjabaran mengenai desain uji coba, subjek uji coba
    jenis data, dan teknik analisis data. Mengenai penjabaran item yg saya sebutkan di atas bisa di jabarkan lagi oleh anda sebagai pemateri :) trims.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga sependapat dengan hudia, apabila materi pelajaran disimpan dalam bentuk soft file maka hal itu akan lebih menghemat waktu sehingga tidak perlu lagi mencatat di buku, kemudian file tersebut juga dapat dibuka saat kapan pun dan dimana pun

      Hapus
  2. Baiklah saya akan menjawab permasalahan anda yang kedua dimana kita dapat mempertimbangkan dalam memilih jenis e-learning yang sesuai dengan kebutuhan :
    1.Usability (mudah digunakan) : Pilihlah sebuah platform e-learning yang mudah digunakan baik oleh guru, siswa maupun administrator.
    2.Affordability (murah dan terjangkau harganya) : Pilihlah platform yang gratis, atau jika harus yang berbayar, anda bisa memilih yang murah harganya
    3.Maintability (mudah dalam mengaturnya) : Sebagai pengguna e-learning, biasanya seorang guru juga bertindak sebagai administrator di kelasnya
    4.Accessibility (mudah diakses) : Jika anda menggunakan platform e-learning yang self hosted, maka pilihlah software yang bisa diakses oleh berbagai platform.
    5.Compatibility (dukungan terhadap banyak format file) : Pilihlah e-learning yang fleksibel terhadap berbagai jenis format file, terutama format-format file yang biasa kita digunakan untuk menyimpan resource.
    Dengan 5 hal diatas kita dapat menentukan jenis e-learning apa yg bisa kita gunakan.

    BalasHapus
  3. Menanggapi permasalahan yg kedua, Betul apa yg saudara katakan bahwa ada banyak web yg menyediakan layanan e-learning. Dan hal yang menjadi pertimbangan saya dlm menggunakan layanan e-learning berbasis web yaitu dari segi kata. jika kata2 yang digunakan mudah untk dipahami maka web tersebut dpt kita gunakan. Lalu dari segi manfaatnya. misalnya dlm web tersebut telah mencakup informasi2 yg kita ingin.

    BalasHapus
    Balasan
    1. baiklah saya sependapat dengan saudari novi dan disini saya akan menambah dimana Pada dasarnya,terdapat 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih, yakni: a. Sepenuhnya secara tatap muka (konvensional) b. Sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui internet c. Sepenuhnya melalui internet. Salah satu komponen WBT yang sangat digemari adalah video-conferencing, yaitu dimana siswa dan guru dapat langsung mendiskusikan semua hal tanpa harus bertemu muka secara langsung.

      Hapus
  4. saya ingin mencoba menjawab pertanyaan pertama saudara saya setuju jika E-learning dapat membuat Peserta didik dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer.
    tujuan dari E-learning sendiri adalah membuat siswa belajar lebih mandiri namun apabila kemauan siswa belajar mandiri ini juga kurang maka ini ini juga tidak bisa dikatakan efektif. selain itu salah satu pembelajaran E- learning yaitu Web Supported e-learning, yaitu pembelajaran tetap dilakukan secara tatap muka dan didukung dengan penggunaan website yang berisi rangkuman tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, tugas, dan tes singkat.dengan adanya tugas pada web ini maka siswa akan mereview ulang, hanya saja kendalanya adalah ada beberapa daerah yang kesulitan mengakses internet jadi mungkin web ini tidak bisa dikunjungi dimana saja.

    BalasHapus
  5. baiklah disini saya akan memjawab permasalahan saudara no 3, interaksi ini terjadi yaitu
    Interaksi Siswa – Siswa

    Interaksi antara siswa dengan siswa lain bisa dilakukan dalam e-learning. Ini sangat menguntungkan dimana siswa bisa saling berbagi dengan peserta didik lainnya. Hal ini juga memungkinkan siswa untuk membangun komunitas belajar yang pro aktif.
    Interaksi Siswa – Pengajar

    Interaksi antara siswa dan pengajar dalam sistem pembelajaran online atau e-learning dapat dilakukan dengan berbagai format baik komunikasi langsung maupun secara tak langsung. Pengajar dapat langsung berinteraksi dengan peserta didik dengan memanfaatkan fasilitas chatting, atau teleconference, atau live video streaming, juga secara tak langsung dimana pengajar cukup menyajikan materi-materi secara terstruktur agar peserta didik dapat mengunduh materi tersebut. Bisa juga dilakukan kombinasi antara keduanya.
    Interaksi Pengajar – Pengajar

    Antar pengajar atau mentor juga melakukan interaksi. Hal ini membuat pertukaran informasi dan pengetahuan antar pengajar dapat terjadi. Memungkinkan untuk mengembangkan materi-materi yang akan disajikan, selain itu juga dapat membahas mengenai sistem pembelajaran e-learning yang tepat digunakan.

    BalasHapus
  6. baik saya akan menjawab permaslahan no 1
    pembelajaran elearning sangat efektif karena tidak terikat oleh waktu dan tempat, dimana dan kapanpun kita bisa belajar atau melakukan proses pembelajaran. sehingga siswa akan lebih mudah belajar atau memahami suatu materi. jika tidak paham maka siswa bisa langsung bertanya kepada guru atau mencari jawaban sendiri karena siswa sendiri bisa mendapatkan informasi tanpa batas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya setuju dimana sering ditemui anak yang setelah pulang sekolah itu sering merasa tidak cukup dengan pnyampaian materi sehingga e-learning sangat membantu

      Hapus
    2. saya kurang sependapat dengan icha dan shabrina, tidak selamanya e learning dapat memudahkan siswa dalam belajar, hal ini di karenakan kendala-kendala yang dihadapi siswa tentu berbeda-beda, dan penyelasaian masalah belajar meraka tiddak selamanya dengan e learning. murid juga bisa membaca ulang catatan mereka di rumah tanpa harus membuka komputer dan mengaktifkan koneksi internet.
      di jaman digital seperti saat ini, kecenderungan siswa dalam belajar mengunakan E learning akan sangan mudah di kalahkan dengan pembelajaran mereka dalam bermain game online

      Hapus

Posting Komentar

Postingan Populer